BAB I
LATAR BELAKANG
A. Tujuan
Pendidikan merupakan suatu system
yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang
bertalian dg perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan,
kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini
menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai
suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan
tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa
ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap
dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan
dalam transisi yang mencari identitas diri.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pendidikan karakter?
2. Apa fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter?
3. Apa Ciri-ciri dan Prinsip Pendidikan
Karakter?
4. Apa saja komponen yang pendukung dalam
Pendidikan Karakter?
5. Bagaimana penerapan Pendidikan karakter ?
6. Bagaimana upaya Pendidikan Karakter dalam
mencapai mencapai tujuan Pendidikan?
C. Landasan Teori
Disinilah dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki
sumber daya yang bermutu, dan dalam membahas tentang SDM yang berkualitas
serta hubungannya dengan pendidikan, maka yang dinilai pertama kali adalah
seberapa tinggi nilai yang sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas
diukur dengan angka-angka, sehingga tidak mengherankan apabila dalam
rangka mengejar target yang ditetapkan sebuah lembaga pendidikan terkadang
melakukan kecurangan.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas
adalah, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan
berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak
sedangkan pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina, kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Dalam perkembangannya , istilah pendidikan atau
paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai
usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi
dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam
arti mental. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau
pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang
atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau
penghidupam lebih tinggi dalam arti mental. Sedangkan karakter
menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara
itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat dan berwatak.
Padahal, pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge,
feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai
pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan
latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.
Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus ditunjang dengan
usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan
menyenangkan bagi anak. Dengan demikian, pendidikan yang sangat dibutuhkan saat
ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak
(kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan
model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia
yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif,
namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu
menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya.
Ia juga akan menjadi seseorang yang
lifelong learner. Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah
menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani
pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan
karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban
bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya.
B. Konsep-Konsep
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993, disebutkan
bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian mandiri, maju, tanggunh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat jasmani rohani. Berangkat
dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi,
sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan
watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang
kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang
menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia
sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai
dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa.
Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa
di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang
berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri
sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa
diberikan secara terintegrasi dalam mata
pelajaran PKN, pendidikan
agama, dan
mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter bertujuan sebagai
berikut;
a. Versi Pemerintah
Pendidikan memiliki tujuan yang sangat
mulia bagi kehidupan manusia. Dan berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan
pendidikan karakter disemua lembaga formal. Menrut Presiden republic Indonesia,
Susilo Bambang Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar yang menjadi tujuan
dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima tujuan tersebut
adalah sebagai berikut:
Membentuk
Manusia Indonesia yang Bermoral
Persoalan
moral merupakan masalah serius yang menimpa bangsa Indonesia. Setiap saat,
masyarakat dihadapkan pada kenyataan merebaknya dekadensi moral yang menimpa
kaum remaja, pelajar, masyarakat pada umumnya , bahkan para pejabat pemerintah.
Ciri yang paling kentara tentang terjadinya dekadensi moral di
tengah-tengah masyarakat antara lain merebaknya aksi-aksi kekerasan, tawuran
massa, pembunuhan, pemerkosaan, perilaku yang menjurus pada pornografi dsb.
Dalam dunia pemerintahan, fenomena dekadensi moral juga tidak kalah santernya,
misalnya perilaku ketidakjujuran, korupsi dan tindakan-tindakan manipulasi
lainnya.
Problem moral seperti ini jelas meresahkan
semua kalangan. Ironisnya, maraknya aksi-aksi tidak bermoral tersebut justru
banyak dilakukakan oleh kalangan terdidik. Dan, hal itu terjadi saat bangsa
Indonesia sudah memiliki ribuan lembaga pendidikan yang tersebar di berbagai
tempat. Maka, tidak heran bila banyak para pegawai yang mempertanyakan fungsi
lembaga pendidikan jika sekedar mengutamakan nilai, namun mengabaikan
etika dan moral.
·
Membentuk
Manusia Indonesi yang Cerdas dan Rasional
Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan
membentuk manusia Indonesia yang bermoral, beretika dan berakhlak, melainkan
juga membentuk manusia yang cerds dan rasional, mengambil keputusan yang tepat,
serta cerdas dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kecerdasan dalam
memanfaakan potensi diri dan bersikap rasional merupakan cirri
orang yang berkepribadian dan berkarakter. Inilah yang dibutuhkan bangsa
Indonesia saat ini, yakni tatanan masyarakat yang cerdas dan
rasional.
Berbagai tindakan destruktif dan
tidak moral dan sering kali dilakukan oleh masyarakat Indonesia
belakangan ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa masyarakat sudah
tidak memoerdulikan lagi rasional dan dan kecerdasan mereka dalam
bertindak dan mengambil keputusan. Akibatnya, mereka seringkali terjerumus ke
dalam perilaku yang cenderung merusak, baik merusak lingkungan maupun diri sendiri,
terutama karakter dan kepribadian.
Upaya yang perlu dilakukan agar masyarakat
mampu memanfaatkan kecerdasan dan rasionalitas dalam bertindak adalah
menanamkan nilai-nilai kepribadian tersebut pada generasi masa depan sejak
dini. Para peserta didik merupakan harapan kita. Oleh karena itu, mereka
harus dibekali pendidikan karakter sejak sekarang agar generasi masa depan
indonesi tidak lagi menjadi generasi yang irasional dan tak berkarakter.
·
Membentuk
Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras
Pendidikan karakter merupakan pendidikan
nilai yang diselenggarakan untuk menanamkan semangat suka bekerja keras,
disiplin, kreatif, dan inovatif pada diri peserta didik, yang diharapkan akan
mengakar menjadi karakter dan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan
karakter bertujuan mencetak generasi bangsa agar tumbuh menjadi pribadi yang
inovatif dan mau bekerja keras. Saat ini, sikap kurang bekerja keras dan tidak
kreatif merupakan masalah yang menyebabkan bangsa Indonesia jauh
tertinggal dari Negara-negara lain.
Padahal, setiap tahun, lembaga
pendidikan sudah meluluskan ribuan peserta didik dengan rata-rata nilai yang
tinggi. Dari sinilah timbul suatu pertanyaan, mengapa tidak ada korelasi yang
jelas antara tingginya nilai yang diperoleh peserta didik dengan sikap keatif,
inovatif, dan kerja keras, sehingga bangsa Indonesia tetap jauh tertinggal
dalamkancah internasional ?
Disisi lain, kita juga sering menemukan
fakta bahwa tidak sedikit orang Indonesia yang cerdas sekaligus memiliki potensi
dan kreatif, namun mereka justru tidak dimanfaatkan oleh pemerintah. Hidup
mereka terpinggirkan dan tersisihkan. Potensi mereka terbuang percuma, sehingga
nilai-nilai pendidikan yang mereka peroleh seakan tidak berguna sama
sekali. Tak hanya itu, pemerintah juga seolah-olah lebih mementingkan
partisipasi politik untuk ditetapkan pada pos-pos tertentu. Dengan demikian,
yang menjadi pertimbangan pemerintah adalah kader politk, bukan sosok yang
benar berkualitas dan berkompeten secara moral dan intelektual.
Nah dengan adanya pendidikan
karakter, diharapkan para peserta didik dan generasi mudah kita memiliki
semangat juang yang besar, serta bersedia bekerja keras sekaligus inovatif
dalam mengelolah potensi mereka. Sehingga mereka dapat menjadi bibibibit
manusia yang unggul pada masa depan.
·
Membentuk
Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri
Sikap optimis dan percaya diri merupakan
sikap yang harus ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Kurangnya
sikap optimis dan percaya diri menjadi factor yang menjadikan bangsa Indonesia
kehilangan semangat utuk dapat bersaing menciptakan kemajuan disegala
bidang. Pada masa depan, tentu saja kita akan semakin membutuhkan
sosok-sosok yang selalu optimis dan penuh percaya diri dalam menghadapi
berbagai situasi. Dan, hal itu terwujud apabila tidak ada upaya untuk
menanamkan kedua sikap tersebut kepada generasi penerus sejak dini.
Penyelenggaraan pendidikan karakter
merupakan salah satu langkah yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian
peserta didik menjadi pribadi yang optimis dan percaya diri. Sejak sekarang,
peserta didik tidak hanya diarahkan untuk sekedar mengejar nilai namun juga
membekalinya dengan wawasan mengenai cara berperilaku di tengah-tengah
lingkungan, keluarga dan masyarakat
·
Membentuk
Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot
Salah satu prinsip yang dimiliki konsep
pendidikan karakter adalah terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling
inti dari sikap ini adalah kerelaan untuk berjuang, berkorban serta kesiapan
diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Harus kita
akui bahwa sikap tolong-menolong dan semangat juang untuk saling meberikan
bantuan sudah semakin luntur dari kehidupan masyarakat. Sikap kepedulian
yang semula merupakan hal yang paling kita banggakan sepertinya sudah
tergantikan dengan tumbuh sumburnya sikap-sikap individualis dan egois.
Kepekaan social pun sudah berada pada
taraf yang meprihatinkan. Maka tidak heran bila setiap saat kita
menyaksikan masalah-masalah social yang terjadi di lingkungan kita , yang salah
satu factor penyebabnya adalah terkikisnya rasa kepedulian satu sama lain.
Maka, disinilah pentingnya pendidikan
karakter supaya peserta didik benar-benar menyadari bahwa ilmu yang diperoleh
harus dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang
b. Versi Pengamat
Berikut ini ada pendapat beberapa ahli
mengenai tujuan pendidikan Karakter;
·
Sahrudin
dan Sri Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk
masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergorong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, serta berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan yang Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila.
·
Menurut
Sahrudin, pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
-
Mengembangkan
potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik.
-
Memperkuat
dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.
-
Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif
C. Pendidikan
Fungsi dan tujuan pendidikan karakter itu
sendiri itu dicapai apabila pendidikan karakter dilakukan secara benar dan
menggunakan media yang tepat. Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan tidak
terbatas pada pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu pengetahuan. Pendidik
selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa aspek
akidah dan tata moral. Oleh karenanya, pendidik harus mampu menjadikan
perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik yang pada
akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik dikelak kemudian hari.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini
merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak pakar
mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini,
akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu,
menanamkan moral kepada anak adalah usaha yang strategis.
Masalah serius yang tengah dihadapi
bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu
berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan
pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar juga
berlangsung secara pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi
anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi
pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak
kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter
anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge, feeling,
loving, dan acting.
Pembentukan karakter dapat diibaratkan
sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan)
yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi
kokoh dan kuat. Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga
harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi
yang baik dan menyenangkan bagi anak. Dengan demikian, pendidikan yang sangat
dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan
karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh
dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual).
Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan
anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya
dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya.
Anak yang unggul dalam karakter akan mampu
menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan
menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat menentukan
metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan apa yang akan diubah
dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila
kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah
menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan
dan pengajarannya
D. Ciri-ciri dasar dan Prinsip, Pendidikan
karakter
Forester menyebutkan paling
tidak ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter;
·
Keteraturan
interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan herarki nilai. Maka nilai
menjadi pedoman yang bersifat normative dalam setiap tindakan
·
Koherensi
yang member keberanian membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah
terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar
yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi dapat
meruntuhkan kredibilitas seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the
deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character
development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku
pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan.
Ciri-ciri dasr pendidikan dasar antara
lain ; Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur
berdasarkan herarki nilai,Koherensi yang member keberanian membuat seseorang
teguh ada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau
takut resiko, Otonomi, dan Keteguhan dan kesetiaan.
B. Saran
Dengan berbagai uraian di atas, tentunya
tidak lepas dari berbagai kekurangan baik dari segi isi materi, teknik
penulisan dan sebagainya, untuk itu sangat diharapkan saran maupun kritikan
yang membangun dalam perbaikan makalah selanjutnya. Baik dari dosen pembimbing
maupun rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Ahmad, Etika (Ilmu akhlak), Jakarta:
Bulan Bintang, 1995
Degeng, S Nyoman, Taksonomi
Variabel , Jakarta : Depdikbud, 1989.
Departemen Agama, Kendali
Mutu,Pendidikan Agama Islam ,Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam,2001.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama . Jakarta: Kemendiknas 2010.
Gunanjar Ari Agustian, Rahasia
Membangkitkan emosional Spiritual Quetiont Power, Jakarta :
Arga,2006.
Hasan, S. Hamid, Pendekatan
Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2000.
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter, (Konsep
dan Implementasi), Bandung : Alfabeta, 2012.
Joni, T. Raka, Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD, . 1996.
Majid Abdul, Pendidikan karakter
dalam perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010.
Munir Abdullah, Pendidikan
Karakter, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Mulyana, Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar