BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran
makanan dan bagian dari sistem pernafasan (Wolf, 1994). Mulut juga merupakan
gerbang masuknya penyakit (Adam, 1992). Di dalam rongga mulut terdapat saliva
yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997).
Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam
mikroorgnisme meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat
patogen apabila respon penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut secara
alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak bekerja
dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya
penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu
memasukkan sesuatu melalui mulut mereka (Bouwhuizen, 1996).
Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak
boleh lupa memberikan perhatian khusus pada mulut pasien. Pengumpulan
lendir dan terbentuknya kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika
terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau kebersihan
rongga mulutnya kurang. (Wolf, 1994).
Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan
fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak
dapat tejadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya
perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur
untuk diet dan perawatan gigi dan mencegah masalah pada tahun-yahun berikutnya.
Pada saat orang bertambah tua, praktek hygiene mulut berubah untuk mempengaruhi
gigi dan mukosa lebih lanjut. Usia yang berhubunga dengan perubahan di dalam
mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis, ketikmampuan fisik, dan medikasi
yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan perawatan mulut
yang buruk.
Efek pada ketidakcukupan perawatan meliputi karies
dan kehilangan gigi, penyakit periodontal, permulaan infeksi sistemik, dan efek
jangka panjang pada harga diri, kemampuan untuk makan, dan pemeliharaan
hubungan(Danielson,1988). Pengkajian tingkat perkembangan klien membantu dalam
menetukan tipe masalah hygiene yang di harapkan.
B. Tujuan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memnuhi tugas mata kuliah PKKDM
2. Untuk
mengetahui cara perawatan oral hygiene pada klien baik yang sadar maupun yang
tidak sadar.
3. Untuk
menambah pengetahuan dalam mengenal masalah mulut yang umum.
4. Untuk
mengetahui diagnose keperawatan yang menyangkut masalah oral hygiene.
5. Untuk
mengetahui pengkajian apa saja yang menyangkut oral hygiene.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada proses pengkajian tentang oral hygiene
perawat memeriksa bibir, gigi, mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah
klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna,
hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktek hygiene mulut
yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang
hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan
halitosis.
Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala
umumdari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut
melibatkan organism seperti Treponema pallidum, Neisseria
gonorrhoeae, dan Hominisvirus herpes. Jika klien hendak memperoleh
radiasi atau kemoterapi sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan
rongga mulut klien. Hali ini berfungsi sebagai dasar untu perawatan preventif
bagi klien saat mereka melewati pengobatan.
Data
Objektif
a.
Klien mengatakan Xerostoma (mulut
kering)
b.
Klien menyatakan Ketidaknyamanan mulut
c.
Klien menyatakan Saliva kental
d.
Klien menyatakan Penurunan produksi
saliva
e.
Klien menyatakan Bibir imflamasi
f.
Klien menyatakan Lidah kering dan
pecah
Data
subjektif
·
Mulut klien berbau
·
Klien memperlihatkan pada mulut banyak
plak
·
Klien kelihatan sulit untuk bicara
·
Klien mengatakan nafsu makan berkurang
B. Diagnosa
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan
perubahan actual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnose
keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat
perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan kebutuhan kien
untuk bantuan perawatan mulut karena divisit perawatan diri. Identifikasi
diagnose yang akurat memerlukan seleksi factor yang berhubungan yang
menyebabkan masalah klien.
Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan
radiasi misalnya kan memerlukan intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa
akibat penempatan selang endotrakea.
Contoh
Diagnose Keperawatan Nanda Untuk Masalah Hygiene Perubahan membrane mukosa
mulut yang berhubungan dengan :
a.
Trauma oral
b.
Asupan cairan yang terbatas
c.
Hygiene mulut yang tidak efektif
d.
Trauma yang berhubungan dengan
kemoterapi atau terapi radiasi pada kepala dan leher.
Nyeri
yang berhubungan dengan :
a.
Gingivitis
b.
Kehilangan gigi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan :
a.
Gigi palsu yang tidak pas
b.
Gingivitis
Devisit
perawatan diri mandi/hygiene oral yang berhubungan dengan :
a.
Perubahan tingkat kesadaran
b.
Kelemahan ektremitas atas
Gangguan
gambaran diri yang berhubungan dengan :
a.
Halitosis
b.
Ketidakadaan gigi
Kurang
pengetahuan tentang hygiene oral yang berhubungan dengan :
·
Kesalahpahaman praktek hygiene
Resiko
infeksi yang berhubungan dengan :
·
Trauma mukosa oral
C. Intevensi
1.
Tujuan
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan
dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al
(1997), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk :
(1)
menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut,
(2)
mencegah terjadinya infeksi rongga mulut dan
(3)
melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.
Sedangkan
menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan untuk :
(1)
mencegah penyakit gigi dan mulut,
(2)
mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut,
(3)
mempertinggi daya tahan tubuh, dan
(4)
memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.
Secara
umum dapat di simpulkan tujuan dari hygiens mulut meliputi :
1)
Klien akan memiliki mukosa mulut utuh
yang terhidrasi baik
2)
Klien mampu melakukan sendiri
perawatan hygiene mulut dengan benar
3)
Klien akan memahami praktek hygiene
mulut
4)
Klien akan mencapai rasa nyaman.
2.
Hasil yang Di harapkan
Mukosa mulut dan lidah terlihat merah muda,
lembab, utuh. Gusi basah dan utuh, gigi terlihat bersih, dan licin. Lidah
berwarna merah muda dan tidak kotor. Bibir lembab, mukosa dan pharynx tetab
bersih. Peradangan, kerak, luka, dan kotoran yang keras akan tidak ada. Dan
gigi bebas dari partikel makanan. Dan diharapkan klien secara verbal menyatakan
kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut. Sehingga klien akan
menelan dan berbicara lebih nyaman.
3.
Persiapan Alat
Adapun
persiapan alat yang di gunakan dalam oral hygiene adalah :
1.
Pencuci mulut atau larutan antiseptik
2.
Spatel lidah dengan bantalan/spons
3.
Handuk wajah, handuk kertas
4.
Baskom
5.
Gelas air dengan air dingin
6.
Jeli larut air
7.
Spuit ber-bulb kecil (opsional)
8.
Kateter penghisap yang dihubungkan
dengan alat pengisap
9.
Sarung tangan sekali pakai.
4. Persiapan Pasien
Persiapan
pasien :
·
Memberitahukan pada pasien tindakan
yang akan di lakukan
·
Menjelaskan prosedur yang akan di
lakukan
5.
Prosedur dan Rasional
Melakukan intervensi perawatan mulut
untuk pasien yang tidak sadar atau lemah : Melakukan intervensi perawatan
mulut pada klien yang menggunakan gigi palsu. Contoh Rencana Asuhan
Keperawatan untuk Perubahan Membrane Mukosa Mulut. Diagnosa
Keperawatan : Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan
dengan radiasi rongga mulut. Defenisi : perubahan membrane mukosa mulut
adalah keadaan individu mengalami gangguan pada lapisan rongga mulut.
D. Implementasi
Hygiene
Mulut
Hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan,
kenyamanan dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah
penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas jangka
panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan.
Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari.
Diet
Untuk mencegah kerusakan gigi klien harus mengubah
kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama kedupan manis diantara
makanan. Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada
permukaan gigi. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok gigi dalam
waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak.
Gosok
gigi
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya empat kali
sehari (setelah makan dan waktu tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang
efektif. Sikat gigi harus mempunyai pegangan yang lurus, dan bulunya harus
cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Sikat gigi harus diganti
setiap tiga bulan.
Penggunaan
Fluorida
Pada kebanyakan komunitas persediaan air terdiri
dari fluoride. Rosier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemiologi
yang menunjukkan bahwa pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan
yang dominan dalam menurunkan karies gigi.
Flossing
Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat
plak dan tartar dengan efektif diantara gigi. Flossing melibatkan
insersi floss gigi, satu per satu.
Hygiene
Mulut Khusus
Beberapa klien memerlukan metode hygiene mulut
yang khusus karena tingkat ketergantungan mereka pada perawat atu ada kelainan
mukosa mulut. Klien yang tidak sadar. Lebih rentan terkena kekeringan sekresi
air liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk makan, atau
minum, sering bernapas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen.
Melakukan Implementasi Perawatan mulut untuk klien yang tidak sadar. Melakukan
Implementasi Perawatan mulut untuk klien menggunakan gigi palsu
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak
terlihat dalam beberapa hari. Pembersihan yang berulang-ulang seringkali
diperlukan untuk mengangkat enkrustasi tebal pada lidah dan memperbaiki hidrasi
mukosa yang normal. Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi untuk
memelihara integritas mukosa.Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah
intervensi selama evaluasi. Hal ini memerlukan beberapa minggu dari hiegine
yang teliti untuk mengurangi kejadian karies gigi. Contoh evaluasi intervensi
untuk masalah hygiene mulut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar